Pendidikan Sadar Sampah Harus Dilakukan Sejak Dini, Kenapa?




Pendidikan akademis di sekolah memang sudah menjadi hal yang lazim dilakukan. Tetapi pendidikan sadar sampah masih terlihat jarang dilakukan oleh sekolah-sekolah di negara kita.

Pendidikan sadar sampah hanya terbatas pada slogan atau pajangan dinding "Ayo Buang Sampah ditempatnya". Secara langsung atau tidak langsung anak didik kita khususnya di SD tergerak untuk membuang sampah pada tempatnya.

Memang sampah harus dibuang pada tempatnya, tetapi pengenalan pada jenis sampah harus diberikan sejak dini. Mengapa?


Dengan adanya Pendidikan Sadar Sampah sejak dini, kita tidak akan terbiasa membuang sampah sembarangan.

Sebelum membuang sampah kita harus tahu jenis sampah apa yang akan kita buang. Sadar atau tidak kita sering membuang sampah tanpa memilah dulu jenisnya.




Pada anak-anak SD meskipun sudah diberikan penjelasan mengenai lingkungan hidup dan hidup bersih, mereka suka membuang sampah plastik di sembarang tempat.

Seperti yang kita tahu bahwa sampah plastik susah diuraikan dan bila menumpuk akan membuat masalah baru.

Di negara-negara lain sampah merupakan masalah yang membutuhkan penanganan serius tetapi sudah banyak warganya yang sadar akan sampah, sedangkan di negeri ini sungguh mencengangkan.

Di negeri ini kurang sekali pemahaman mengenai jenis sampah, tidak tahu mana sampah yang mudah diuraikan (organik) dan sampah susah diuraikan (non-organik). Sosialisasi tentang sampah ini sangat kurang sekali,

Mari kita lihat negara lain seperti Singapura dan Jepang. Kedua negara itu selalu menjadi tujuan studi banding tentang sampah, tentang pengolahan sampah. Kita dan para petinggi negara tahu bahwa kedua negara itu dikagumi karena kota-kotanya yang bersih dan kesadaran warganya akan sampah sangat tinggi.





Dulu Singapura di era 1950-an masih berupa bandar yang jorok, namun di bawah kepemimpinan Lee Kuan Yew sejak 1960-an, lambat laun Singapura menjadi bandar indah nan bersih. 

Salah satu kuncinya adalah penegakan hukum tanpa kompromi untuk kebersihan. Jadi denda tinggi bahkan hukuman bui diterapkan bagi yang meludah sembarangan, makan permen karet, tidak menyiram toilet setelah buang air, dan sebagainya. 

Begitu banyaknya denda bagi warga Singapura yang tak mematuhi aturan kebersihan dan ketertiban, membuat Singapura dijuluki Fine City (kota denda) 

Begitu pula dengan Jepang yang sudah sejak dini mengharuskan warganya memilah sampah. Di kota-kota Negeri Sakura itu pemerintah daerahnya selalu mengeluarkan poster dan kalender khusus yang mengatur jadwal pembuangan sampah setiap tahun. 

Keluarga juga menerima paket berupa buku, poster dan kalender untuk memudahkan mengingat berbagai jenis dan jadwal pembuangan sampahnya.



Begitu suatu acara selesai warganya otomatis mengumpulkan sampah dan memilahnya, lalu membuang sampah berdasarkan jenisnya, minimal pemisahan sampah organik dan anorganik.

Apakah Jepang dahulu jorok dan kotor? 

Tentu di awal-awal menjadi negara industri antara 1920- 1960-an Jepang relatif kurang bersih, tapi pemerintahnya sudah mengampanyekan hidup bersih. 

Saat pertama kali Jepang menggelar Olimpiade pada 1964, kampanye kebersihan dan penegakan hukum untuk hidup bersih makin gencar. Hasilnya Jepang hingga kini benar-benar bersih.

Bagaimana?
Apakah anda mulai sadar tentang sampah?
Apakah anda akan menyadarkan orang lain dan anak didik anda tentang sampah?


sumber : jabar.tribunnews.com

Related Posts

Comments


EmoticonEmoticon